Potensi Pengembangan Sorgum di Kabupaten Subang

Potensi Pengembangan Sorgum di Kabupaten Subang

Bandung (06/09/2024) - Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian utara Provinsi Jawa Barat dengan batas koordinat yaitu antara 1070 31' - 1070 54' Bujur Timur dan 60 11' - 60 49' Lintang Selatan. Kondisi geografis Kabupaten Subang sangat unik, karena secara tata letak Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 wilayah yang berbeda dan  sehingga sosial budaya di wilayah tersebut memiliki keunikan masing-masing. Subang Selatan ada pada ketinggian antara 800-1500 mdpl menjadi sentra penghasil nanas, manggis dan kopi (Bukanagara) serta beberapa destinasi dan tujuan wisata. Subang tengah ada pada ketinggian 400-800 mdpl yang merupakan pusat administrasi, aktifitas industry, dan pertanian irigasi sebagai sentra padi. Subang utara ada pada ketinggian 0-400 mdpl sebagai potensi kelautan yang akan menjadi Pelabuhan internasional (Patimban). 

(Sumber : Subangkab.go.id)

Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan komoditas pangan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Sorgum dapat diolah menjadi tepung pengganti tepung gandum (terigu) dalam menunjang diversifikasi pangan yang dapat diproduksi secara lokal. Kandungan nutrisi yang dimiliki sorgum yaitu karbohidrat 70%, protein 8-12% dan lemak 2-6%. Sorgum juga mengandung mineral esensial seperti P, Mg, Ca, Fe, Zn, Cu, Mn, Mo, dan Cr (Widowati, 2010).  Di Indonesia, luas panen tanaman sorgum pada tahun 1990-2010 hanya sekitar 25.000 ha dan tersebar, sehingga tidak masuk dalam daftar statistik FAO. Tanaman sorgum di Indonesia terdesak oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi, seperti Sorgum, kacang hijau, padi gogo, atau ubi kayu.

Sorghum, atau yang di Jawa lebih dikenal dengan sebutan “Cantel” atau di daerah Jawa Barat lebih dikenal dengan nama “epoy” atau “cetrik”, merupakan hijauan yang menjanjikan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia. Sorghum merupakan hijauan yang mudah beradaptasi di lingkungan tropis dan sangat potensial di musim hujan. Saat ini dunia tengah mengalami krisis pangan akibat harga yang melonjak. Food and Agriculture Organization (FAO) menyampaikan data, indeks harga pangan dunia telah berada di level 159,3 pada Maret 2022. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak tahun 1990. Krisis pangan juga diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang berdampak terhadap perekonomian global, terutama gangguan pasokan pangan dan energy. Dimana sudah 22 Negara yang menghentikan ekspor pangan nya ke negara lain. Rusia, Ukraina dan India juga sudah tidak lagi mengekspor gandumnya. Akibatnya  harga gandum sampai 3 kali lipat. Oleh karena itu untuk mengantisipasi kebutuhan gandum yang besar perlu mensubstitusi gandum dengan sorgum. Dimana Sorgum sebagai salah satu komoditas pangan lokal yang sangat strategis dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, mulai dari batang, daun hingga biji. 

Beberapa jenis sorhum seperti 1Sorgum putih merupakan jenis sorgum yang paling umum dikonsumsi dan jenis yang paling umum digunakan untuk tepung sorgum. 2Sorgum lilin tersedia dalam warna putih dan merah anggur dan memiliki lapisan kulit ari yang lebih tipis dibandingkan jenis lainnya. Sorgum ini sangat baik untuk memperbaiki tekstur roti bebas gluten. 3Sumak sorgum merupakan yang paling kaya akan kandungan antioksidan; bahkan memiliki tingkat antioksidan lebih tinggi daripada blueberry dan delima. 4Sorgum Burgundy memiliki tingkat antioksidan tertinggi kedua; antioksidan khususnya sangat mirip dengan yang ditemukan dalam anggur merah. 5Sorgum hitam memiliki kadar antioksidan yang sama tingginya dan kaya akan fitokimia. Rasanya yang lembut dan manis membuatnya menjadi favorit dalam biskuit cokelat, brownies, dan kue bebas gluten. 6Sorgum manis merupakan varietas tanaman yang sedikit berbeda dengan jenis sorgum sebelumnya. Sorgum ini dipanen untuk diambil batangnya (bukan bijinya), yang dihancurkan untuk menghasilkan sirup sorgum.  

(Sumber : Sehat Negriku, Kemkes.go.id)

Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan yang mendukung program pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman) dan juga mendukung SDgs (Sustainable Development Goal’s) maka perlu ada Langkah yang startegis dalam menentukan arah kebijakan pangan yang Kembali pada percepatan dari skala terkecil yaitu Tingkat desa sehingga potensi yang dapat dipercepat secara merata dalam lingkup yang bisa di kendalikan potensi kegagalan dan keberhasilannya. Permasalahan/Tantangan Pengembangan Sorgum yaitu : Jaminan pasar belum pasti, Provitas & produksi  masih  rendah, Produk olahan sorgum belum banyak  dikenal    masyarakat  sehingga  nilai tambah & daya saing produk masih rendah, Peralatan pasca panen (perontok, penyosoh, penepung)  belum banyak di tingkat petani, Penampungan hasil/jaminan pasar masih belum jelas, Benih masih terbatas, Kemitraan  belum berkelanjutan dan Industri tepung skala UMKM di daerah sentra  belum  terbentuk.

Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam pengembangan sorgum, karena letak geografis yang sangat startegis untuk dijadikan sentra pengembangan sorgum yang berkelanjutan, baik dalam pengembangan maupun produk pacsa panen dan pengolahan. Hal ini sangat memungkinkan berkembang pesat apabila peran serta dan koalborasi antar Institusi baik pemerintah maupun swasta, pun keterlibatas para akademisi dan peneliti perlu di bangun secara komunikatif dan petahelix. Ini merupakan hal yang sangat mudah bila semua mempunyai kesadaran satu sama lain, selain beberapa universitas yang memiliki fakultas pertanian juga berkembang pesat SMK pertanian yang favorit di kabupaten subang serta peran serta Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berada di Kawasan Subang. Aspek penting tersebut menjadi dasar komparasi yang sangat mungkin di kolaborasikan. 

Wilayah kabupaten subang yang terletak pada kondisi 400-800 mdpl sangat berpotensi untuk didorong menjadi sentra sorgum pada musim kemarau, sehingga produktifitas dalam menunjang ketahanan pangan bisa di kembangkan di wilayah ini. Hal ini berpeluang besar mendobrak kebutuhan serta mampu mendorong ketahanan pangan di Jawa Barat ketika dalam satu tahun terdapat 3 kali panen (Padi-padi-padi) maka dapat di lakukan transformasi dengan (Padi-Padi-sorgum) pada saat musim kemarau tiba. Sorgum sangat cocok ketika berada pada cuaca yang kering dan panas, sehingga wilayah ini cocok untuk menata dan mendorong kembali pangan lokal untuk mempunyai daya saing secara nasional dan internasional. kemudian secara perawatan sorgum memiliki daya tahan tumbuh dalam kondisi yang ekstrime, sehingga biaya produksi saat penanaman bisa di perediksi secara terukur dengan hasil yang sangat terarah, selain itu sorgum juga merupakan tanaman multifungsi yang dapat dimanfaatkan mulai dari akar sampai bijinya. Sorgum juga memiliki kandungan nutrisi yang tidak kalah penting sebagai altrnatif karbohidrat dangan total kalori 332 kal/100 g, protein 11 g/100 g, lemak 3,3 g/100 g, karbohidrat 73 g/100 g, kalsium 28 mg/100 g, besi 1,1 mg/100 g, dan fosfor 287 mg/100 dibandingkan beras yang hanya memiliki kandungan protein 6-8 g saja. 

Manfaat lain dari sorgum adalah sifatnya yang bebas gluten. Hal ini, ditambah dengan fakta bahwa sorgum kaya akan serat makanan, protein, vitamin, mineral, dan antioksidan, menjadikannya tambahan yang sempurna untuk diet bebas gluten apa pun. Sama seperti biji-bijian itu sendiri, tepung sorgum secara alami bebas gluten, sehingga menjadi pilihan yang sangat baik untuk membuat kue bebas gluten. Lebih baik lagi, tepung sorgum digiling dari biji-bijian sorgum utuh, sehingga kandungan nutrisi dan protein yang ada dalam sorgum tetap terjaga dalam tepung. Kandungan protein inilah yang menjadikan tepung sorgum sebagai alternatif bebas gluten yang paling mirip dengan tepung gandum. Oleh karena itu, tepung sorgum dapat dengan mudah diganti dengan rasio 1:1 untuk sebagian besar resep, sehingga memudahkan pekerjaan pembuat kue bebas gluten mana pun. ( Imam Faturohman - Penerima Beasiswa JFLS 2022)

Bagikan konten ini: