Perayaan Idul Fitri: Memahami Makna dan Tradisinya di Indonesia

Perayaan Idul Fitri: Memahami Makna dan Tradisinya di Indonesia

Bandung (04/04/2024) - Setiap tahunnya, umat muslim di seluruh dunia merayakan momen istimewa Hari Raya Idul Fitri sebagai penutup di bulan Ramadan yang penuh berkah. Sudah akrab dengan sebutan "lebaran" untuk Idul Fitri, yang telah menjadi istilah populer dan melekat dalam budaya Indonesia. Namun, apa sebenarnya makna yang terkandung dalam perayaan Idul Fitri? Untuk mengetahui jawabannya, mari simak penjelasan lengkap mengenai makna dan tradisi unik Idul Fitri di Indonesia melalui artikel ini.

Makna Idul Fitri

Idul Fitri dimaknai sebagai bentuk refleksi diri, bentuk rasa syukur, dan kegembiraan. Dalam hal ini, refleksi diri berarti setiap umat muslim dianjurkan untuk introspeksi diri dan kembali kepada fitrah Islamiyah.

Bagaimana dengan makna lebaran? Umat muslim di Indonesia memang identik menyebut Idul Fitri sebagai lebaran. Berdasarkan KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lebaran dijelaskan sebagai hari raya para umat Islam pada tanggal 1 Syawal setelah ibadah puasa selesai dijalankan selama bulan Ramadan. Ada pula anggapan lebaran yang berasal dari kata ‘lebar’, yang artinya luas atau lapang. Istilah ini bagi umat muslim untuk saling berlapang dada dan ikhlas sehingga dianjurkan untuk saling memaafkan terhadap sesama. Meskipun tidak dikenal dalam bahasa Arab, istilah ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia yang kental pengaruhnya.

Tradisi Idul Fitri di Indonesia

Setiap daerah tentu memiliki tradisi khas untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri, begitu pula dengan umat muslim di Indonesia. Pasti sudah sangat familiar dengan mudik, takbiran, dan lain sebagainya. Itu hanya sebagian kecil tradisi yang biasa dilakukan umat muslim di Indonesia. Ada beragam tradisi khas dengan cerita unik di baliknya. 

Berikut adalah beberapa tradisi Idul Fitri di Indonesia yang masih dilakukan hingga saat ini:

  1. Pulang kampung atau mudik menjadi tradisi lebaran orang Indonesia yang cukup fenomenal. Tradisi ini biasanya dilakukan beberapa hari atau bahkan minggu sebelum Idul Fitri tiba. 
  2. Tradisi selanjutnya yaitu ziarah atau ‘nyekar’ ke makam keluarga dan leluhur. Biasanya tradisi ini dilakukan sehari sebelum Idul Fitri atau setelah shalat Eid.
  3. Idul Fitri di Indonesia juga sangat identik dengan silaturahmi dari satu rumah ke rumah lainnya. Ini merupakan momen untuk mengunjungi keluarga, sahabat, atau tetangga untuk saling memaafkan dan merayakan hari raya. 

Tapi selain tradisi Idul Fitri di atas yang secara umum, Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi Lebaran yang unik dan khas, sesuai dengan warisan budaya dan nilai-nilai kepercayaan yang turun-temurun. Berikut adalah beberapa contoh tradisi Lebaran yang penuh makna dari berbagai wilayah di Indonesia:

  1. Perang Topat (Nusa Tenggara Barat). 

Di Lombok, NTB, terdapat tradisi unik "Perang Topat" atau “Perang Ketupat”” yang merupakan simbol kerukunan antara umat Hindu dan Islam di pulau tersebut. Sebelum perang dimulai, masyarakat melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq dan Makam Bintaro. Setelah itu, mereka berpartisipasi dalam perang ketupat, di mana ketupat yang digunakan kemudian diperebutkan karena diyakini membawa kesuburan.

  1. Ronjok Sayak (Bengkulu)

Di Bengkulu, terdapat tradisi unik bernama Ronjok Sayak, di mana masyarakat membakar tumpukan batok kelapa kering setinggi satu meter. Mereka percaya bahwa api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur, sehingga tradisi ini diiringi dengan doa-doa yang dipanjatkan. Biasanya, Ronjok Sayak dilakukan setelah salat Isya pada 1 Syawal.

  1. Grebeg Syawal (D.I. Yogyakarta)

Grebeg Syawal, sebuah ritual dari Keraton Yogyakarta, dilakukan setiap 1 Syawal sebagai ungkapan syukur setelah bulan Ramadan. Daya tarik dari tradisi Grebeg Syawal ada pada tujuh gunungan yang terdiri dari: gunungan lanang/kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah. Seluruh gunungan akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu, sebelum nantinya diperebutkan masyarakat.

Sumber Foto: 

https://www.blibli.com/friends/blog/sungkem-lebaran-bahasa-jawa-halus-00/

Bagikan konten ini: